Ketika Indonesia Ingin Mengembangkan Industri Games Tapi Dengan Pandangan Yang Gagal Paham!


Ketika Indonesia Ingin Mengembangkan Industri Games Tapi Dengan Pandangan Yang Gagal Paham!

Spread the love

Untuk mereka yang telah bergulat di industri games Indonesia sebagai player atau developer dari jaman Nintendo atau PS1, video games kadang lebih dari sekadar hoby. Mereka pahami bagaimana jalannya video games dan semestinya sampaikan info pengalaman dari yang selanjutnya dituangkan lewat sebuah tempat tertentu baik komunitas atau majalah untuk membagi pengetahuan mereka atau sekedar dialog.

Ketika Indonesia Ingin Mengembangkan Industri Games Tapi Dengan Pandangan Yang Gagal Paham!

situs agen judi online terpercaya di indonesia - pubgm

Ada Kegagalan Dalam Pemahaman Di Industri Games Indonesia

Tetapi untuk beberapa orang Indonesia belakangan ini yang “terkejut” dengan perubahan tehnologi yang cepat dengan handphone dan PS yang saat ini sudah berada di angkatan ke-5, industri ini menjadi tempat gersang dan belum juga tersentuh pengetahuannya.

Disini gampang untuk mereka dengan kemampuan dan dampak tertentu untuk menyelusupi pengetahuan dan pengetahuan industri games Indonesia yang kurang pas dikatakan yang membuat mereka kurang pas pahaminya.

Ini membuat saya tergelitik untuk minimal melempengkan sedikit dari yang barangkali sempat kamu ketahui di internet, komune, atau mass media yang tidak ada hubungan dengan games tetapi tiba-tiba ngebahas games karena “kembali meledak”.

Lalu apa pengetahuan yang kurang pas itu? Baca daftar di bawah.
Catatan:

Saya masukkan judul dalam artikel ini dengan pertanda kutip “industri games” karena baik dari komune dan developernya adalah sisi dari industri games itu.

Grafis Bagus Gamenya Tentu Bagus

Sebenernya ini pengetahuan “entry tingkat” dan cuman orang pemula yang akan tertarik dan masuk ke sebuah perangkap pemasaran ampas, ‘grafis oke karena itu gameplay oke’ dan peribahasa ‘dari mata jatuh ke hati’. Sementara mereka yang sudah lama punyai hoby yang ini terang akan menampiknya mentah-mentah, ya semua karena gameplay jadi faktor paling penting pada suatu video games.

Memang, grafis menjadi daya magnet tertentu, untuk saya grafis yang punyai nilai ialah saat dia dapat mempresentasikan dunia video games secara baik dan memberi keimersifan yang membuat kita sebagai player kerasan main karena terasa berada di dunianya. Tetapi sepanjang gameplay ampas, banyak bug, teknisi yang paling menyusahkan misalkan weight limit atau kontrol menghindar gempuran susah, karena itu ‘don’t judge a book by its cover’ lebih pas untuk diterapkan ke semuanya orang, terutamanya mereka yang pemula. Hingga tidak ada tuch argumen, “Tetapi grafisnya bagus”, tidak berkaitan men, film animasi grafisnya bagus bisa juga buruk kok.

Main Video Games Tidak Dapat Jadi Pekerjaan Yang Mendukung Masa Depan

Bila dahulu orangtua kalian menjelaskan jika bermain video games tidak bisa saja tugas, sekarang hal itu malah bisa dibuktikan lebih luas sekarang ini. Ini seperti nyamain kamu main bola terus tetapi tidak bisa saja pekerjaan, walau sebenarnya ada, atlet.

Video games punyai atlet dan cabang olahraganya sendiri, namanya esports. Malah video games punyai capaian tugas yang lebih luas dibandingkan cuman terdiam pada atlet seperti olahraga konservatif.

Tugas video games selainnya atlet ada caster, streamer, pengulas/kritikus, sampai wartawan yang pahami dan belajar dari jumlahnya evolusi video games saat hidupnya dan dari riwayat.

Sementara streamer biasanya ialah penghibur, mereka tidak hanya main games saja tetapi juga melipur penontonnya, seperti kamu penyiar radio atau TV, tetapi interaktif secara live tidak hanya terima SMS atau telephone saja interaktifnya.

Caster sendiri umumnya memberi komentar langsung olahraga esports yang ditayangkan dengan pengetahuan bersaing yang dia punyai. Misalkan saja kompetisi AOV, Caster yang punyai pengetahuan lebih mengenai AOV pasti akan dicintai pemirsa dibandingkan mereka yang gak tahu apapun dan hanya “kerja karena dibayarkan” bekasnya “didirect”.

Games Cuman Untuk Bocah

Hei hei hei, sama dengan film, video games punyai peringkat yang tidak bisa diberi bocah di bawah usia asal-asalan. Kalau kamu misalkan punyai anak memberi games 18+ ke bocah SD, o terang, kamu yang keliru. Tetapi sudah pasti kalau kamu punyai pengetahuan tertentu supaya anakmu tidak ikuti semua episode di games 18+ sich oke-oke saja. Permasalahan tanggung-jawab kok.

Pasti dengan mekanisme peringkat, games yang perlu dimainkan anak-anak atau remaja ialah games yang gampang dimainkan, punyai gameplay yang hebat dengan kurang kekerasan. Misalkan saja puzzle yang dapat mempertajam otak, kerja sama seperti Unravel, berkebun seperti Stardew Valley atau Story of Seasons, atau justru games perang lucu seperti Worms seri.

Ada banyak peringkat dari anak-anak, semua usia, remaja, sampai dewasa. Kamu sebagai player atau orangtua terang harus tahu ini bila anakmu merengek-rengek atau kamu sendiri memahami resikonya.

Video Games Dapat Buat Anak Jadi Bar-Bar / Lenyap Budi Pekertinya

Bila anak pahami jika video games ialah fiksi, karena itu mereka memahami jika hal itu gak kemungkinan dilaksanakan di dunia riil. Terkecuali yang mereka moralnya belum tercipta dan masih juga dalam tahapan “masih sukai mengikuti”, jika ini terang tanggung-jawab orangtua tidak untuk memberi video games di umur dini. Sepanjang anak menganggap benda untuk bergembira, mereka akan aman saja dan tidak mengikutikannya.

Hal yang membuat anak jadi bar-bar atau lenyap budi pekertinya terang internet dan games online bersaing. Satu kali lagi ini permasalahan psikis. Internet dan games online bersaing ialah tempat berkumpulnya semuanya orang dari beragam susunan, baik kaya, miskin, berusia, sampai mereka yang punyai sikap tidak manusiawi.

Menerjunkan anak yang tidak siap psikis ke games online bersaing dapat mungkinkan mereka berjumpa beberapa orang hancur yang tidak langsung “mengajarkan” mereka menjadi bar-bar dan tidak punyai kepribadian.

Walau sebenarnya jika anak-anak ini mainnya hanya games off-line biasa, mereka dapat banyak belajar hal dan dapat bergembira. Sudah pasti jika main games sama sesuai umurnya ya.

Sebetulnya ada pengkajian untuk ini dalam pengetahuan psikologi, tetapi lebih bagus diterangkan di penilaian khusus sebab bisa lebih detail.

Games Tidak Bisa Adiktif

Saya cukup tergelitik saat dengar kalimat ini, karena video games pada intinya memang dibikin untuk bergembira. Video games ialah fasilitas rileksasi yang interaktif dan dapat dicicipi dalam saat yang lumayan lama. Manusia perlu bergembira dan itu lumrah.

Video games yang tidak adiktif dipandang tidak berhasil jadi video games karena tidak dapat buat playernya menikmatinya kembali dan kembali. Main chapter 1 sudah bosen misalkan. Sementara peningkatan games makan ongkos yang dapat sekelas rumah atau mobil eksklusif.

Kalau video games tidak adiktif, karena itu terang ia tidak bisa laris dan developer bisa saja gulung alas karena ongkos yang digulirkan sangat banyak.

Terang, adiksi video games itu kembali ke orangnya masing-masing untuk dapat mengelola waktu dan meredam gairah memainkan. Saya individu jadi satu diantaranya karena hoby sekali habiskan uang buat ke warnet buat main Counter-Strike saat itu.

Tetapi semenjak saya mengetahui apa tanggung-jawab saya dengan resiko jika kuliah saya akan terusik, karena itu saya harus mengendalikan diri karena itu dan mengagendakan di otak saya jika belajar ialah fokus, sementara video games ialah keperluan sekunder.

Bila kamu kemungkinan orangtua yang mempunyai anak, kemungkinan mengajarkan anak dengan membikinkan agenda menjadi jalan keluar supaya tidak terus-terusan adiktif pada video games. Misalkan saja hari senin-jumat waktunya belajar dengan batas bermain 1-2 jam sesudah kerjakan pekerjaan. Sementara sabtu malam minggu dan minggu bisa bermain sepuasnya.

Video Games Harus Mendidik

Awalnya saya sempat mikir, “Bila semua video games mendidik, apa donk fungsinya sekolah? Orangtua jadi terlepas tanggung-jawab donk?”, tetapi saya kembali pikirkannya dari bagian lain.

Sama seperti yang telah saya terangkan awalnya jika video games dibikin untuk selingan, karena itu mengharuskan developer untuk membikin games yang mendidik atau tidak adiktif ialah sebuah kekeliruan besar.

Ohya sudah pasti ada video games yang mendidik, tetapi itu banyaknya cuman sedikit dan tidak semuanya orang menyenanginya. Saya tahu ada banyak seperti games yang mengajarkan kamu bahasa Jepang bahkan juga ada games kamus Jepang dan challenge bahasa Jepang (sepanjang saya kuliah ada games tipe ini di Nintendo DS, hanya karena semua penuturannya memakai bahasa Jepang, terang bukan buat pemula).

Games yang lain mendidik ialah yang baru saja diterbitkan Ubisoft sepanjang tahun-tahun ini masalah pelajaran riwayat, games dokumentasi riwayat asli Mesir, Yunani, dan Viking yang mereka angkat sebagai topik khusus di Assassin’s Creed Origins, Odyssey, dan Valhalla.

Developer atau penerbit/publisher terang memerlukan balik modal yang tinggi dan sama sesuai pasarnya, terutamanya mereka yang baru terjun. Apa lagi buat games tidak murah, bila kamu berpikir masukkan ke Steam, PS Toko, dan Nintendo gak bayar seperti Tokped misalkan, karena itu kamu salah karena mereka perlu penghasilan juga.

Ini belum terhitung lisensi engine video games yang mereka gunakan yang akan narik komisi per-berapa unit gamenya terjual seperti Unreal Engine, Unity, atau CryEngine. Buat edisi fisik perlu uang tidak asal ngomong ke PlayStation terus ada versus fisik, memang burning di BluRay dan siapin kotak plastik sebagai case-nya gak bayar? Bayarlah.

Dengan adanya banyak uang yang perlu mereka gelontorkan, jadikan tiap video games yang dibikin harus mendidik terang bukan sebuah pilihan yang bagus. Kasarnya, developer dan penerbit/publisher perlu makan, mereka bukan panti sosial berlagak selingan interaktif.

Video Games Harus Mempunyai Elemen Pancasila, Keuntungan Besar

Saya cukup takut sebenernya nyentil ini karena kurang memahami tujuan yang dikatakan bagaimana. Tetapi kemungkinan yang pernah dikatakan ada hubungan dengan sila dari pancasila.

Ini dapat sebenernya dicontohkan di salah satunya atau banyak games, misalkan saja ada sebuah suku dalam games yang dikisahkan betul-betul takut sama kepercayaannya karena menurutnya Tuhan mereka ialah satu dan jangan terganggu tuntut.

Hanya permasalahannya apa akan punyai keuntungan yang besar akan kembali lagi ke dua point awalnya.

Sama seperti dengan harus mendidik dan jangan adiktif, semua punyai pasarnya sendiri. Memaksa tiga point pada sebuah video games akan mengacau yang telah saya terangkan di point awalnya, yaitu keuntungannya.

Sasaran pasar developer itu bermacam, tetapi banyak developer lokal yang biasanya menarget pasar luar karena selainnya lebih terbuka, mereka yang benar-benar gamer, betulan membeli gamenya tidak ngebajak terus senang.

Sama seperti yang saya ucapkan awalnya, ada banyak jalan keluar untuk ini, satu diantaranya developer kemungkinan dapat semakin “subtle” atau cerdas untuk masukkan hal itu dalam games bikinan mereka dengan menyatukannya dengan elemen yang lain membuat makin menarik seperti suku atau satu peradaban dengan tehnologi tinggi.

Sudah pasti beberapa point yang berada di atas bukan berniat apa saja selainnya melempengkan dan memberi keterangan jika video games itu tidak segampang, “hey harus ini”. Karena kita yang sebetulnya telah lumayan lama atau kemungkinan kalian yang baru, harus belajar banyak buat pahami bagaimana jalurnya, bagaimana sich komunitasnya, resepsinya di dunia luar, tidak terus-terusan masalah uang atau pengajaran.

Ini terang karena pada intinya video games ialah media selingan interaktif yang analoginya serupa permen, kalau dimakan terus-terusan bisa menjadi penyakit, tetapi jika ada “agendanya” bisa saja obat di saat jemu, bersedih, dan kesepian di kehidupan.

Pengutaraan yang kurang pas sudah pasti akan mengacau dunia persilatan, bukannya buat kamu lebih pintar dan terima opini seseorang lebih terbuka saat membahas video games atau memiliki pendapat mengenainya, kamu justru disetir dan dibelokkan dengan pengutaraan yang kurang pas itu. Bahasa bagusnya dapat jadiin kamu ignorant.

situs agen judi bandar taruhan slot togel 4d casino online poker domino 88 terpercaya

Oh iya saya tidak ngomong opini saya absolut, karena ya saya manusia biasa dan bisa jadi salah . Maka maafkan bila sedikit menyentuh karena hal itu. Tetapi kalau kamu punyai opini lain sudah pasti kamu dapat cantumin di kotak kometar, tidak boleh sangsi tetapi tidak boleh terlampau frontal juga. Ingat, ada etikanya.

Berita ini disponsori oleh ClubpokeronlineSlot Game Indonesia.